Alfaqir ingin mengutip sedikit lagi pendapat ulama tentang kalimat hadits yang berbunyi semua (ahlul-bait) diharamkan menerima sedekah atau zakat. Memang pada dasarnya –menurut hadits– semua keturunan ahlul-bait Rasul Allah saw. termasuk disini orang-orang Bani Hasyim dan Bani ‘Abdul Mutthalib ( yang lazim disebut kaum sayyid atau kaum syarif) diharamkan menerima sedekah atau zakat dalam bentuk apa pun juga, tapi mereka di beri hak untuk memperoleh bagian dari harta ghanimah atau dari harta kekayaan umum (Baitul-Mal). Mereka boleh menerima bagian dari harta warisan atau harta wakaf dengan syarat bunyi kalimat wasiat atau wakaf tersebut jelas dan tegas sebagai hak mereka ini.
Akan tetapi dalam zaman kita sekarang ini tidak ada lagi ghanimah dan tidak ada pula atau jarang sekali dana Baitul-Mal sebagai- mana yang dahulu pernah terjadi pada zaman pertumbuhan Islam. Dengan terjadinya perkembangan ini maka sebagai akibatnya para keturunan Ahlulbait Rasulallah saw. yang hidup kekurangan tidak dapat menerima tunjangan yang oleh syari’at telah ditetapkan sebagai hak mereka. Dalam keadaan seperti itu apakah oleh syari’at mereka sekarang ini diperkenankan menerima zakat dari orang-orang kaya untuk meringankan beban penghidupan sehari-hari ?
Menurut Imam Syafi’i, dalam keadaan bagaimana pun juga mereka tidak boleh atau haram menerima shadaqah atau zakat. Akan tetapi menurut Imam Al-Qady Abu Sa’id Al-Hurawi, para keturunan ahlul bait yang dalam keadaan seperti diatas itu diperbolehkan menerima shadaqah atau zakat asal benar-benar mereka itu tidak mungkin lagi dapat memperoleh haknya dari bagian harta ghanimah (rampasan perang) atau Baitul Mal. Demikian pula fatwa yang dikeluarkan oleh Imam Muhammad bin Muhammad bin Yahya dan Imam Fakruddin Ar-Razi dan dibenarkan juga oleh Abu Syakil. Dalam kitabnya yang berjudul “Al-Khadim’ Abu Syakil setelah meng- utarakan pendapat Ar-Rafi’i masalah tersebut, ia pun mengemukakan pendapat Imam Al-Ashthakhri, Al-Hurawi dan Ibn Yahya, yang semuanya memperbolehkan keturunan ahlulbait menerima shadaqah atau zakat, jika mereka benar-benar tidak mungkin lagi mem- peroleh hak-haknya dari harta ghanimah atau jarahan perang.
Abu Hafsh An-Narsami mengatakan, shadaqah atau zakat boleh diberikan kepada orang-orang yang menurut syari’at berhak memperoleh bagian dari harta ghanimah. Dan masih banyak lagi pendapat para ulama yang serupa diatas diantaranya Syarif Abul ‘Abbas Al-Fara dalam kitabnya Mu’tamadut Tanbih; Ibnun-Nahwi dalam kitabnya Al-‘Ajaalah dan lain-lain. Demikianlah keterangan singkat dari para ulama mengapa sekarang keturunan Rasulallah saw. mau menerima zakat dan sedekah.
Allah swt. berfirman; “Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu se- suci-sucinya.” (QS. al-Ahzab: 33)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar