Sabtu, 21 September 2019

Bertemu Habib Umar, Felix Berhenti Kampanyekan Khilafah ¿?

Assalamualaikum wr.wb 


Pentolan HTI yang terkenal sebagai ustad berhijrah dan menjadi muallaf, sehingga langsung banyak dipandang oleh halayak ramai. 


Harapan masyarakat agar Felix Siauw bertaubat dari memperjuangkan khilafah mudah-mudahan terwujud dalam waktu dekat. Tanda-tanda Felix kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) makin kelihatan. Soal ke-syar’i-an NKRI sudah banyak dibahas. Felix tinggal membacanya. Lebih afdhal jika minta syarah kepada ulama-ulama NU.


Langkah Felix mendekati komunitas NU adalah upaya awal yang bagus. Berdasarkan pengalaman saya, ada atmosfer ruhaniyah yang berbeda ketika kita berada di tengah-tengah ustadz HTI dengan ulama NU. Aura yang terpancar dari ulama NU dengan ustadz HTI terasa perbedaan. Jika bertemu dengan ustadz-ustadz HTI kita disuguhi oleh komentar-komentar dan analisa politik nasional dan global. Dibumbui dengan tsaqafah Islamiyah khas fikrah dan ahkam mutabannat HTI.

Nuansa yang lain saat kita berjumpa ulama NU. Kita disambut dengan ramah tamah, senyum lepas dan guyonan sambil diajak ngopi, makan dan ditawari rokok lalu ditanya kabar kita. Kita tidak akan langsung diajak “bahtsul masail” apalagi ngobrol soal politik global yang njlimet. Ulama NU menerima siapapun tanpa ada rasa curiga. Kita akan menyaksikan langsung dengan mata kepada dan mata hati (bashirah) keindahan akhlak seorang muslim.
Felix beruntung bisa bertemu wajah dan mencium tangan Habib Umar bin Hafidz dalam safari dakwah Habib Umar pada malam hari ini, Jumat (20/9). Acara itu berupa tabligh akbar yang bertajuk “Silaturahmi Para Muallaf dan Pembina Rohani”, bertempat di Masjid Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta Utara. Habib Umar bin Hafidz seorang ulama internasional, dzurriyah Nabi Muhammad saw, waliyullah yang sangat dimuliakan oleh warga NU.
Kesempatan seperti ini hampir mustahil Felix dapatkan di HTI. Di HTI jangankan bertemu Amir Hizbut Tahrir dan mencium tangannya, menyimpan fotonya saja tidak boleh. Padahal Amir Hizbut Tahrir seorang insinyur, hanya menguasai kitab-kitab Hizbut Tahrir, bukan dzurriyah Nabi Muhammad saw dan tidak dikenal sebagai waliyullah.
Kata Felix: “Beruntung sekali kami di ruangan itu (Masjid JIC), sementara ribuan orang berdesak-desakan hanya untuk melihat langkah beliau (Habib Umar), kami duduk dan memandang, terpesona,” kata Ustaz Felix dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Jumat. “Menit demi menit berlalu meninggalkan pengertian, tak hanya ilmu yang menghampiri, tapi juga rasa haru. Beliau sampaikan iman, pemahaman, itu tampak pada keindahan akhlak,” “Yang saya rasa akhirnya, beliau-lah (Habib Umar) salah satu keindahan itu. Menyampaikan Islam dengan cara yang apik dan ranggi, penuh cinta dan kasih, sayang pada manusia.” 
Tentang kebangkitan Islam di masa depan yang ditanyakan Felix, Habib Umar bin Hafidz telah menjawab bahwa kebangkitan Islam dengan hadir Islam (diamalkan) dalam diri pribadi, keluarga dan masyarakat, bukan dengan mendirikan khilafah ala HTI. Habib Umar bin Hafidz telah menjelaskan secara panjang lebar, gamblang dan jelas perihal khilafah dalam tulisan yang berjudul “Khilafah Yang Tak Butuh Singgasana “Khalifah”. Disarikan dari Mau’izhah Habib Umar bin Hafidz di depan Majelis Muwashalah Bayna Al-Ulama wa al-Muslimin di Puncak Bogor tahun 2009 (Majalah Al-Kisah Tahun X/No. 17/20 Agustus – 2September 2012, hal. 45-57).
Mungkin Felix bisa membaca penjelasan Habib Umar bin Hafidz tentang khilafah sambil terus sowan ke Kiai-kiai NU. Dengan sowan ke Kiai-kiai NU, Felix akan mendapat limpahan pancaran ruhani dari Kiai-kiai NU. Felix sudah berada di garis start yang tepat. Syaikh Ibnu Atho’illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam mengatakan:

ولاَنْ تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ عَنْ نَفسِهِ فَاَيُّ عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ وَايُّ جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ


“Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu [orang alim] yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat diberikan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat menahan hawa nafsunya.”
Memang dengan sowan-sowan ke Kiai NU belum cukup untuk memahami NU dan NKRI. Semoga Felix tidak berhenti di sini karena sebagaimana di HTI, untuk memahami secara mendalam fikrah dan manhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah harus dengan ngaji rutin dan teratur bersama Kiai NU. Kita tunggu langkah Felix berikutnya.
Bandung, 21 September 2019

Wassalamu'alaikum wr.wb 

Sumber/penulis: Ayik Heriansyah, Pengurus LD PWNU Jawa Barat