Rabu, 13 Juni 2012

Cinta Di Mata Islam & Menikah Tanpa Cinta


Assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh



Cinta bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian cinta tergantung dari pelakunya. Ada bingkai yang suci nan halal dalam cinta dan ada bingkai yang kotor lagi dibenci Allah. Cinta mengandung segala makna akan kasih sayang, lambang perasaan antara dua insan, yang syarat dengan rindu, curiga dan cemburu. Akan tetapi dengan rindu yang berilmu, curiga yang beralasan, dan cemburu bukan dengan kebutaan................^_^

Yang kita ketahui saat ini tentang anak muda yang sedang jatuh cinta, cenderung sekali kepada kemaksiatan bahkan hingga sampai pada perzinaan na’udzubillahi min dzalik, semoga kita dihindarkan oleh Allah dari cinta yang menjerumuskan. Hal demikian mungkin dikarenakan kurang adanya pengetahuan yang dapat menguatkan iman dan membatasi diri agar tidak melanggar syariat meskipun saling mencintai.
Cintanya laki-laki terhadap wanita dan cinta wanita kepada laki-laki merupakan perasaan manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dalam jiwa manusia, yakni merupakan kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan dalam pikiran serta fisiknya. Sebagaimana Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendir , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)

Cinta Merupakan Fitrah

Cinta yang sejati bukan hanya sebuah ketertarikan secara fisik. Fisik adalah awal bagi seseorang dalam memilih untuk cintanya.Dan fitrah manusia dalam menyukai keindahan apapun itu. Akan tetapi disamping keindahan bentuk dan rupa, haruslah pula disertai keindahan dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah oleh karenanya islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidak pernah mengingkari tentang perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang insan. Akan tetapi islam mengajarkan ummatnya untuk dapat menjaga cinta, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang dapat mengotori sehingga melunturkan akan kesucian cinta.

Menikah Tanpa Cinta

Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi dengan cinta. Mereka yang berpendapat bahwa cinta itu akan terbentuk setelah pernikahan itu terwujud. Islam memasukkan kecantikan atau ketampanan dalam salah satu dari empat kriteria untuk memilih pendamping hidup.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang anak gadisnya tanpa persetujuan dari anak tersebut atau menghalang-halanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termaktub dalam Al Qur'an dan Al Hadist;
Firman Allah Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: "Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya," (QS. Al Baqarah: 232)

"Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.
Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknya melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: "Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya" (HR. Imam Ahmad)

Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta pada awal pernikahan bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi akankah hal tersebut selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka dalam sebuah pernikahan,dimana kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat mengayomi pasangan itu untuk menjalani kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang, saling nenutupi, dan saling melengkapi dengan ikatan dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala yang berupa ijab dan qobul. Karena itulah cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya mendapatkan perhatian sebelum kedua pasangan memutuskan untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang bernama pernikahan. Karena hal tersebut merupakan salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika dalam mahligai rumah tangga nantinya.

Waduh kayak sudah pernah menikah saja saya jadinya, memang belum akan tetapi itu semua adalah kunci awal dalam menjalin ikatan suci dengan nama cinta, agar tidak menodai cinta yang suci dengan gaya percintaan yang dilarang oleh agama Islam. Saya mau undur diri, dan saya ucapkan permohonan maaf
sebelumnya, jikalau ada tutur kata dalam penulisan dan ketikan saya yang salah. Salah dan lupa dari hamba pribadi, benar dan baiknya adalah dari Allah subhanahu wa Ta’ala. ‘ihdinash shiratal mustaqim.


Wassalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Rabu, 06 Juni 2012

Keutamaan Dari Sujud Tilawah


Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Kali ini kita mengangkat tema tentang sujud tilawah, mungkin teman-teman sudah banyak yang sudah tahu, tapi suatu ilmu yang sudah diketahui akan tambah-dan bertambah lagi pemahamannya saat diulangi, jadi jangan pernah merasa bosan dengan yang namanya mencari ilmu atau menghadiri majlis ilmu.......^_^

Apa Keutamaan Sujud Tilawah ?

Keutamaan sujud tilawah termaktub dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda: “Jika Adam membaca ayat sajadah, maka setan menjauh seraya menangis dan berkata, “celaka aku (setan). Anak Adam diperintahkan untuk sujud, maka ia bersujud sehingga akan mendapatkan surga. Sementara aku (setan ) diperintahkan sujud akan tetapi aku menolak, maka bagiku neraka.” (Riwayat Muslim dan Ibnu Majah)

Sesuai dengan namanya, sujud ini berkaitan erat dengan tilawah (membaca) ayat-ayat Al Qur an. ” Sebuah sujud yang disyariatkan Allah swt dan Rasul-Nya sebagai bentuk ubudiyah kepada Allah dikala membaca ayat-ayat suci Al Qur an dan menyimaknya, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menampakkan ketundukan di hadapan keagungan-Nya dan kehinaan di hadapan-Nya.” Jelas Syaikh Shaleh al-Fauzan RA dalam al-mulakhkhash al-Fiqhi (1/180). Ayat-ayat yang dimaksud sering kali disebut ayat sajdah (sujud) dan berjumlah 14 ayat dalam Al Qur an.

Memang benar sujud tilawah hukumnya sunnah sehingga bila tidak dikerjakan tidak berdosa, tapi dengan melihat keutamaan besar yang dijanjikan dalam hadits, tentunya tidak boleh dilewatkan saja oleh setiap Muslim. Dikatakan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah terbagi menjadi dua. Pertama, berisi akhbaar (berita) dari Allah Ta’ala tentang sujudnya seluruh makhluq kepada-Nya baik secara umum atau khusus yang dilakukan oleh kaum Mukminin yang bersujud karena takut kepada Allah Ta’ala. Maka disunnahkan bagi pembaca atau yang menyimak untuk menyerupai mereka itu ketika membaca ayat sajdah atau menyimaknya.

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalahorang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertsabih serta memuji Rabbnya sedang merka tidakmenyombongkan diri.” (As- sajdah: 15)
Kedua, ayat-ayat yang memang berisi perintah (awaamir) untuk bersujud kepada AllahTa’ala, semisal ayat terakhir pada surat Al-‘Alaq yang pastinya ikhwani semua sudah hafal. Kalau belum hafal , dihafalin ya!. Fokus lagi ya!, perhatikan ayat berikut, “Sekali-kali jangan. Janganlah kamu patuh kepadanya dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Rabbmu).” (Al-‘Alaq : 19)
Saat ini ayat-ayat sajdah sudah diberi tanda pada akhir ayatnya, dengan tanda atau tulisan sajdah.

Tata Cara Pelaksanaan Sujud Tilawah
Dalam melaksanakan sujud tilawah tidak ada syarat-syarat seperti shalat pada umumnya, seperti bersuci dan menghadap kiblat, karena sujud tilawah bukan sholat. Diriwayatkan Imam Bukhari secara muallaq, bahwa Ibnu Umar melakukan sujud tilawah tanpa wudlu (tidak bersuci), namun apabila dikerjakan dengan bersuci (memiliki wudlu) dan menghadap kiblat itu akan lebih utama.

Sujud tilawah dilakukan dalam shalat fardhu maupun sunnah (menjadi imam atau ketika sholat munfarid) juga pada saat diluar shalat, ketika kamu bertadarus, membaca ayat-ayat Al Qur an diwaktu luang dan kebetulan kamu membaca ayat sajdah, maka dianjurkan melakukan sujud tilawah.

Adapun bacaan dari sujud tilawah bisa dengan membaca bacaan seperti saat sujud ketika sholat subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi, atau bacaan-bacaan lain yang juga berasal dari Nabi Muhammad saw, atau dengan bacaan-bacaan berikut:
Sajada wajhiya lilladzii kholaqahu wa showwarahu wa syaqqa sam’ahu wa bashorahu bihaulihi wa quwwatihi. Atau dengan bacaan yang berikut ini,
Allahumma ahthuth ‘annii biha wizran waktublii biha ajran waj’alhaa ‘indaka dzukhran.
Bagaimana ........ sudah paham kan......^_^

Budaya di Masyarakat
Sujud tilawah yang memiliki keutamaan sehingga tidak boleh dianggap remeh ini semestinya menjadi penggugah kita semua untuk bersemangat melaksanakan sunnah bersujud saat membaca ayat sajdah, dan sunnah-sunnah yang lain sesuai yang telah diajarkan oleh Baginda Nabi. Disayangkan kalau sampai lupa melaksanakannya, apalagi sampai-sampai tidak pernah membaca al-Qur an...... waduh nggak siip tuh, rugiiiiiii orang islam membaca kitab sucinya sendiri nunggu kalau Ramadlon. Apalagi yang tidak pernah, rugi banget tuh orang, bagaimana mau sujud tilawah, baca Qur an nunggu Ramadlan iya kalau kebagian baca atau menyimak, tadarusan saja tidak setiap hari berangkat. He he he.................payah-payah.
Dan praktek yang terjadi di masyarakat kebanyakan, saat membaca atau yang menyimak hanya membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak tiga kali kemudian diakhiri dengan hauqolah. Mungkin di daerahmu atau kotamu juga terjadi, bisa dicoba untuk berdakwah lho untuk mengingatkan agar tidak cuma membaca seperti ini: subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu Allahu Akbar 3X, dan diakhiri dengan bacaan laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim.
Perlu diketahui bahwasanya Allah memberi banyak jalan dan pintu kebaikan. Sehingga semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin banyak pintu kebaikan yang diketahuinya dan diamalkannya dengan ikhlas. Cukuplah kiranya saya berbagi pengetahuan dengan anda sekalian, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan pemahaman dari saya, karena kebenaran yang hakiki hanya milik Allah semata. Ihdinash shiratal mustaqiim, astaghfirullaha min qoulin bila ‘amalin.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh