Rabu, 28 Oktober 2009

Rasa Malu Yang Di Kesampingkan

Assalamu'alaikum wr.wb

Kemaksiatan seringkali didasari oleh hilangnya rasa malu. Pergaulan bebas para muda-mudi, miras, ghibah, berbohong dan masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tak lain kerena tidak adanya lagi yang namanya rasa malu.
Maka tidak mengherankan lagi jika Rasulullah jauh-jauh hari telah mensinyalir bahwasanya orang yang tidak lagi memiliki rasa malu akan melakukan perbuatan yang menurut kehendak nafsunya.
Dari Abi Mas’ud, dia berkata,” Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya diantara ucapan kenabian pertama (Adam) yang didapat oleh manusia adalah,”jika engkau tidak merasa malu maka perbuatlah apa yang engkau inginkan.”(Riwayat Al Bukhari )

Dalam menafsiri makna hadist mulia ini, terdapat dua pendapat; Pertama, kalimat tersebuttidak mengandung pengertian boleh berbuat sesuka hati, namun bermakna celaan dan larangan. Dalam mengimplementasikan pengertian diatas, terdapat dua cara :
Cara pertama: perintah tersebut bermakna ultimatum dan ancaman keras. Jadi maksudnya jika engkau tidak memiliki rasa malu maka lakukanlah apa yang engkau inginkan sebab sesungguhnya Allah SWT akan mengganjar perbuatanmu tersebut, seperti dalam firman Allah SWT,” Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Fushilat : 40) اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan seperti makna hadist yang hanya ditautsiq (didukung kekualitasan sanad dan matannya)oleh ibnuHibban: “ Barang siapa yang menjual khamer (arak) maka hendaklah dia memotong-motong babi(baik untuk dijual atau untuk dimakan).” Maksudnya : barang siapa menjual khamer(arak)/ menghalalkan penjualannya maka hendaklah terlebih dahulu enghalalkan penjualan babi sebab kedua-duanya sama-sama diharamkan. Jadi disini ada perintah namun pengertiannya adalah larangan. Dan banyak lagi contoh yang lain.
Cara kedua: perintah tersebut bermakna pemberitaan. Maksudnya barangsiapa yang tidak memiliki rasa malu, dia akan melakuka apa saja yang diingini. Orang yang tidak memiliki sifat ini, maka dia akan tenggelam ke dalam setiap perbuatan keji dan munkar dan orang yang seperti ini hanya bisa tercegah bila dia memiliki rasa malu. Hal ini senada dengan sabda Nabi SAW,” Barang siapa yang berdusta kepadaku maka hendaklah dia menyediakan tempat duduknya di neraka.” Lafadz hadist ini berupa amr (perintah) namun maknanya adalah pemberitaan yakni bahwa orang yang berdusta terhadap beliau maka dia sudah menyediakan tempat duduknya di neraka.
Semoga kita dapat melaksanakan perintah tersebut, sekian semoga bermanfaat bagi kita semua Aamin. Akhirul qouli ihdinasshiratal mustaqim

Wassalamu'alaikum wr.wb

Selasa, 27 Oktober 2009

Sunnah Nabi

Assalamu’alaikum wr.wb


UCAPKAN YANG BAIK SAJA !

Manusia sebagaimana fithrahnya, tak dapat lepas dari ketergantungan terhadap orang lain. Seberapa kecil pun, ia selalu berinterkasi denagn saudaranya. Baik hanya sekedar bertatap muka maupun menjalani aktifitas lain. Bagi seorang muslim, mu’amalah model seperti ini akan lebih bernilai dan mendatangkan pahala yang berlimpah jika dalam menjalaninya dilandaskan pada sunnah Nabi, berikut sunnah-sunnah yang dapat diucapkan seorang muslim ketika bertatap muka dengan saudaranya;

1. Mengucapkan salam. Rasulullah SAW pernah ditanya,” Bagaimana Islam yang paling baik?” Beliau menandaskan,” Memberi makan, berucap salam kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal.”(Riwayat Al Bukhari dan Muslim).

2. Berjabat tangan.. Rasulullah SAW menyatakan,” Tidaklah dua orang muslim yang berjumpa dan saling berjabat tangan, melainkan Allah mengampuni dosa-dosa mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (Riwayat Abu Daud At Tirmidzi). Imam An Nawawi berkomentar,” Ketahuilah bahwa berjabat tangan itu disunnahkan pada setiap kali perjumpaan.” Namun yang patut dicatat adalah tidak boleh seorang pria berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, karena menyalahi larangan Nabi SAW.

3. Mengucapkan kata yang baik-baik. Allah SWT berfirman,

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku:”Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syiatan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(Al Isra’: 53)

Rasulullah SAW juga menyatakan,”Kalimat yang baik merupakan bentuk sodaqah.”(Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Dan ucapan baik diantaranya mencakup dzikir, do’a, salam dan pujian yang benar. Bisa juga berbentuk adab (tata krama) dan perbuatan yang benar.

Ucapan yang baik merupakan suatu indikasi adanya nur (cahaya), hidayah, dan petunjuk yang tertanam dalam hati seorang mukmin. Yang hanya bila dikehendaki oleh Allah kita mendapatkan hal tersebut diatas.

Apakah kita pernah terpikirkan bahwa ucapan baik dapat menentramkan bagi pendengarnya? Pernahkah kita berpikir untuk memakmurkan hidup kita dengan ucapan yang baik dari semenjak fajar menyingsing hingga kembalinya matahari keperaduan? Pernahkah kita berpikir untuk selalu berucap baik kepada orang tua, saudara, teman sebaya maupun saudara kita seislam secara umum? Pernahkah kita berpikir dengan berkata baik kita dengan mudah mendapatkan perhatian dari kawan maupun lawan?

Sekian dari saya semoga bermanfaat bagi anda khususnya kepada saya, dan semoga Allah senantiasa memberi hidayahnya kepada kita aamin. Dan mohon maaf apabila ada salah ketik dan lain sebagainya. Ihdinasshiratal mustaqim

Assalamu’alaikum wr.wb