الْحَمْدُ
لِلهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَبَعْدُ
Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Sayyidatina ‘Aisyah berkata bahwa pada suatu hari ada
gadis yang datang kepada Nabi Muhammad Sollallohu
‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepada Nabi,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya gadis yang dilamar, tetapi saya
masih tidak suka dengan pernikahan, maka sesungguhnya bagaimanakah hak seorang
suami atas istrinya?.” Nabi pun menjawab: “dan apabila ada dari ujung rambut hingga ujung kaki seorang suami itu
penuh dengan nanah yang bercampur darah, maka kemudian menjilati seorang istri
atas nanah tersebut, tidak akan bisa menggantikan syukur seorang istri kepada
suaminya,” kemudian gadis tersebut berkata,” atau saya tidak usah menikah saja Ya Rosul ?,” Nabi berkata ,”
menikahlah! sesungguhnya dalam menikah itu terdapat kebaikan.” (hadits diriwayatkan oleh Imam Al Hakim yang telah dishohihkan sanad
haditsnya).
Seorang wanita adalah perhiasan dunia yang
memang sudah sebagai kodratnya, sebagai pencetak, pendidik, dan seorang ratu
bagi sang suami. Akan tetapi Allah telah menakdirkan bahwa pemimpin dalam
keluarga adalah seorang suami, jadi sekaya, secantik, sehebat apapun, hendaknya
seorang istri harusnya menaati dan menjunjung hormat terhadap suami dan menjaga
kehormatan suaminya, terlebih kehormatan keluarga. Bukan malah seperti yang
disinetron-sinetron, mentang-mentang sudah kerja di perusahaan tidak mau
mengurus anak lagi, apalagi mau masuk ke dapur dan menyiapkan makanan untuk
anak dan suami, terlebih-lebih tidak mau lagi menghormati suaminya lagi. Hanya
karena pekerjaan suaminya dan penghasilannya kalah dibawahnya, na’udzu billahi
min dzalik tsumma na’udzu billah.
Seperti inilah
perbuatan yang sangat dimurkai Allah dan Rasulnya, sehingga sayyidatina ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha
mencontohkan sedemikian rupa dalam menghormati kepada suaminya, meski dirinya
adalah seorang putri Baginda Nabi Muhammad, karena surganya seorang istri ada
pada suaminya, dengan atau tanpa kedudukan dan pangkat tinggi sekalipun, karena
itulah seorang suami dibebankan membawa keluarganya menuju kedalam kebaikan
yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sesuai firman Allah dalam Al Qur anul karim:
Quu ‘anfusakum wa ahlikum naaron
Yang artinya: “Jagalah diri kalian
dan keluarga kalian dari api neraka”, wallahu a’lam.
Kalau sudah
demikian jelas lantas masih beranikah anda sebagai seorang istri, untuk tidak
menghormati, berani membangkang dan mendurhakai suami. Celakalah dan nerakalah
yang menunggu untuk anda di akhirat kelak, anda boleh tidak mentaati suami
hanya pada saat dalam kemaksiatan dan kedholiman, selain itu tidak
diperbolehkan sama sekali, itupun jika anda ingin menjadi istri yang sholihah
dan dirindukan syurga dan kembali berkumpul kelak di syurga-Nya, subhanallah
lahaula wa laquwwata illa billah.
Sebagai seorang
anak dan anak didik saya melihat dan merasakan kerasnya almarhum ayah saya,
allahummagfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu, dan guru saya dalam mendidik
anak dan istrinya, akan tetapi saya dapat merasakan akan kasih sayang dan
perhatian kepada istri, anak dan anak didiknya karena memang merasa bertanggung
jawab dan memiliki. Dan ibu saya dan ibu nyai tidak pernah membela anak-anaknya
saat Ayah atau Abah Kyai memarahi anak-anak meski dipukul atau disiram dengan
air hingga terengah-engah, tentunya memang karena sang anak melakukan kesalahan
dan sudah pernah dinasehati satu atau dua kali. Begitu juga ibu dan ibu nyai
tidak pernah berkelah atau membangkang saat
ada salah dan dimarahi Ayah atau Abah kyai. Akan tetapi berani untuk
mengingatkan ketika ada kesalahan pada Ayah atau Abah kyai.
Begitulah yang
memang dimaksud Allah dalam surah Al Baqoroh:
hunna libasullakum wa antum
libasullahunna
yang artinya: mereka(istri-istri
kalian) merupakan pakaian bagi kalian dan kalian merupakan pakaian bagi
mereka(istri-istri kalian). Wallahu a’lam
sehingga sudah sepatutnya istri menghormati suami dan tidak membuka aib
kepada orang lain, juga sebaliknya suami menyayangi istrinya dan juga tidak
membuka aib kepada orang lain, dengan demikian akan terciptalah keluarga yang
sakinah mawaddah wa rahmah, meski saya sendiri belum berkeluarga hehehe…,
tetapi saya ada dalam keluarga tersebut, alhamdulillah.
Saya mengatakan hal
tersebut karena saya sendiri telah mengalami akan hal tersebut, bukan hanya
melihat dan mendapat berita. Semoga yang saya sampaikan dapat menjadi pelajaran
yang bermanfaat bagi anda dan dapat membawa kemanfaatan kepada saya. Mohon maaf
atas segala kekhilafan dari saya, dan kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ihdinash shiratal mustaqim, ilalliqo’
ma’assalamah.
Wasslamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar