بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَبَعْدُ
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Ummat Islam sekarang ini beragam. Dan
persoalanpun beraneka ragam. Sehingga membuat non muslim memiliki sudut
pandang yang juga tidak kurang-kurang keaneka ragamannya.
Kebanyakan orang memandang bermacam
persoalan, kemudian menyimpulkannya dengan kata-kata singkat, hanya karena
dengan melihat apa yang ada pada diri kaum muslimin, dan apa yang dilakukan
oleh kaum muslimin. Dan mereka menggunakan pengalaman pribadi, petuah-petuah
dari orang tua, dengan sedikit ilmu, dan seabrek emosi. Yang membuat sebuah
kesimpulan baru muncul dan radikal: Bahwasanya
ummat Islam sedang RWT kata
temen-teman (ruwet) dan
kacau balau !
Kenapa
yang demikian bisa terjadi? Yang seperti anda lihat sendiri saat ini, banyak
ummat Islam tak membangun sikap hati (rohaniyah), tingkah laku atau amal
perbuatan (sikap lahiriyah) dengan dasar bangunan AQIDAH YANG BENAR. Oleh karenanya kita sering kesulitan untuk
memahami kebenaran itu sendiri.
Sebuah
Kaidah Dengan Beragam Makna
Sebuah kaidah berdasarkan ucapan Ibnu Mas’ud R.A yang terkenal,” banyak orang yang menginginkan kebenaran,
tapi tidak samapai kepadanya.” Jadi bunyi kaidah itu: niat baik, belum
tentu dapat menyelamatkan seseorang!
Kaidah diatas sering diucapakan sebagian kelompok
kaum Muslimin, untuk mendiskreditkan yang lain, akan tetapi lupa untuk
dijadikan sebagai cerminan
diri.Tetapi di saat yang sama, orang
itu mungkin berdakwah, berjhad, berpidato(berceramah), melakukan aktivitas, dan
hal-hal lainnya yang ternyata juga tidak pernah dicontohkan oleh Nabi, tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat, oleh para ulama Salafus
Sholih, juga para generasi terbaik ummat ini. Hal seperti inilah yang
dapat menjadikan Islam yang carut-marut, sehingga para kelompok yang tidak
menyukai akan Islam dapat dengan mudah mengadu domba antara sesama ummat Islam.
Kaidah
di atas adalah benar, tidak setiap niat yang baik akan dapat mewujudkan
kebaikan. Karena bila hanya dengan niat baik sesuatu akan menjadi baik, lantas
buat apa diutusnya para rasul. Maka cukup dengan niat baik dengan tujuan
beribadah pada Allah saw, setiap orang bisa masuk surga. Dan mengenai cara,
pilih sendiri saja, mana yang enak, yang mudah, atau dengan cara yang paling
beresiko karena dianggap berkelas.
Kaidah di atas akan bernilai benar jika digunakan dengan tepat, bukan hanya
untuk menilai orang lain, tetapi juga menilai diri kita pribadi.
Dan tentunya sebagai orang tua atau calon orang tua,
kita semestinya mempersiapkan akan kita kemanakan anak kita nantinya, karena
yang menjadikan baik dan buruknya anak adalah kedua orang tuanya, dan hal
tersebut dapat ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak mulai dapat
berkata, missal kita ajarkan bismillah sebelum melakukan sesuatu, Alhamdulillah
ketika mendapat kenikmatan, insya Allah ketika berjanji dan lain sebagainya. Dan
ketika anak sudah dapat kita ajak bicara, kita tanamkan aqidah yang benar dan
pastikan bagaimana anak tidak terpengaruh oleh yang lain. Dengan salah satu
cara mungkin dengan ditempatkan anak kita dilingkungan pergaulan yang baik,
bersama dengan orang-orang yang baik pula, guna menanamkan kebaikan sejak dini.
Karena jaman sekarang ini banyak sekali orang pintar
akan tetapi kepintarannya untuk membodohi orang lain, lain halnya apabila orang
yang tahu dan mau mengajak kedalam kebaikan, itu baru dapat kita tiru akan
kebaikannya. Syariat itu tidak diadakan oleh Allah guna mengekang hambanya,
akan tetapi guna menjaga agar hambanya menjadi yang terbaik sesuai apa yang
hambanya sumpahkan semenjak jaman azali, manusia sebelum dilahirkan kedunia
mereka berjanji kepada Allah akan menyembah dan beribadah kepada-Nya, akan
tetapi lain kenyataanya apabila mendurhakai Allah setelah hidup di dunia yang
juga diciptakan oleh-Nya, meski terlahir dari pasangan muslim dan muslimah.
Kita sebagai kaum muslimin yang baik mudah menjalankan syariat Islam, kita
hanya tinggal menjalankan apa yang telah diajarkan Baginda Nabi dan para ‘alim
ulama’, dan ketika adanya perubahan jaman, pastinya para Ulama’ juga memikirkan
akan kebaikan bagi ummat Islam dalam menyikapi permasalahan kehidupan (dengan
ijma’ dan kias), tentunya dengan toleransi yang dapat diambil dari Al Quran dan
hadits.
Sehingga bukan hanya kita menjadi bingung karena ulah
para orang pintar yang dengan mudah mengatakan ini bid’ah, itu bid’ah, Nabi
tidak melakukan hal tersebut kata mereka, lantas kenapa… mereka naik mobil,
motor, atau pesawat. Coba kita pikir apa Nabi berhijrah, bepergian naik motor,
mobil, atau pesawat?!, Nabi mengendarai unta atau kuda, bukan kendaraan yang
lain, Nabi juga tidak makan menggunakan
sendok, Nabi juga tidak menggunakan Hand phone, jadi semua jenis kendaraan
adalah bid’ah hukumnya bila kita menaikinya selain yang pernah dinaiki Nabi, juga
segala yang tidak dekerjakan Nabi adalah bid’ah. Jadi jangan gampang-gampang
ngomong bid’ah wahai saudaraku, kita harus hidup pada jaman dan tempat yang ada
dengan syariat yang ada, bukan kembali ke masa lalu, tetapi jangan juga lepas
dari koridor aurat dan sopan santun, baju mentang-mentang beli sendiri udel,
dada, sama paha diumbar, mentang-mentang gaul, lantas dengan orang tua tidak
ada tata karma kalau ngomong, elu gue-elu gue, apaan itu… gaul gundulmu.
Nah sekali lagi, aqidah yang benar musti kita
tanamkan sejak dini kepada anak-anak kita, adek, atau saudara kita, sehingga
tidak lagi mudah bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk membuat
bimbang dan mengombang-ambingkan akan keyakinan dan amalan-amalan baik yang
telah diajarkan para ‘alim ulama’ dan salafush sholih. Tentunya dengan berbekal
dengan pergaulan dan pengetahuan serta mau sering-sering berkonsultasi/
mendengarkan pengajian dan berbaur dengan orang-orang sholih, insya Allah akal
dan amal kita akan sejalan dengan apa yang telah menjadi ketetapan Al Qur an
dan hadits.
Sekiranya apa yang saya sampaikan dapat memberi
kemanfaatan bagi anda sekalian dan terlebih bagi saya hamba Allah yang berusaha
menjadi manusia yang berguna bagi sesama, mohon maaf kiranya ada kata-kata yang
salah dan tidak berkenan di hati anda, ihdinash shiratal mustaqim, astaghfirullaha
min qoulin bila ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh